Ketika saya menulis ini. Ada rasa hati bergejolak memuncak dan ingin sekali marah. Namun, bersikap diam itu lebih baik. Semua perasaan kesal dan marah menjadi satu. Perjalanan pernikahan kami Sudh beranjak tiga tahun. Dan alhamdulilah kami telah di karuniakan dua orang putri. Usia nya beda dua setengah tahun. Kehidupan rumah tangga kami tidak berjalan mulus selalu saja ada kerikil kecil yang menyelimuti. Iya, tinggal dekat dengan mertua membuat hati ini selalu di Laputi kecemasan. Terlebih ketika ada sesuatu hal kecil yang sepele maka dengan cepat di singgung. Haaaa.. lelah sekali bertengkar dengan batin ini. Rasanya ingin sekali pergi dari dunia yang hanya sebentar. Tetapi, aku tak sudi anakku di rawat mereka. Terlebih suami yang selalu tak ada rasa romantis lagi.
Bagaimana ini bisa bertahan??
Apa saya harus berdamai dengan keadaan ini?
Tetapi, sampai kapan??
Itulah jeritan hati saya saat ini. Hanya ingin bahagia dengan keluarga kecil tanpa ada yang ikut campur. Rasanya tak bisa berjalan dengan dua kaki dalam menapaki kehidupan rumah tangga ini. Batin ini terus tersiksa, perih menahan sakit yang tak tertahankan. Aku harus kuat dan tak boleh lemah. Demi kedua putriku. Aku akan tunjukkan bahwa ibunya adalah wanita yang kuat ketika di timpa masalah. Ibunya adalah wanita yang hebat dalam menghadapi masalah.
Kedua anak kami perempuan aku tak boleh cenggeng. Aku harus terlihat tegar menghadapi semua ini. Walaupun kelak semua akan aku bongkar keburukan sifat eyang dan ayahnya. Tapi, untuk apa?
Aku tak mau kelak jika mereka dewasa merasakan kebencian. Mereka tak akan rela ibunya di sakiti. Aku yakin itu. Karena mereka berdua adalah darah dagingku. Mereka adalah kebanggaan hidupku. Biarlah semua ini ku pendam sendiri. Kerikil kecil ini akan menjadi simpanan yang akan terus membekas di dalam jiwa dan raga.
Komentar
Posting Komentar