Entah berapa ratus kali ucapan kasar melenting di telinga. Sakit hati ini sukar untuk di kembalikan.
Entah berapa ratus kali air mata ini membasahi kedua pipi.
Suami macam apa yg selalu membuat hati istri terluka.
Aku hanyalah seorang istri yg bodoh. Yg hanya bisa mendidik anak dgn akhlak dan iman. Jangan sekali mengajari mereka tentang kebodohan. Pedih dan sesak hati ini mendengar ucapan kasar dari mulut dia. Bahkan dia sudah tak mau lagi peduli.
Jika aku FLASBACK rasanya kematian sudah ada di depan mata. Hingga saat hembusan nafas terakhir aku melihat sosok anak pertamaku. Saat melahirkan berujung maut. Aku merasakan sakit luar biasa.
Dia ku biarkan terlelap dalam kantuknya. Leleh ku biarkan ia melepaskannya. Aku seorang wanita yang bodoh. Aku sangat paham bagaimana sifat anak-anak. Dan aku selalu disalahkan. Mendidik ini salah.Mengajarkan ini salah.
Semua itu di salahkan. Begitu hidup dekat dgn mertua. Selalu ikut dan mau tau urusan kehidupan anaknya.
Dia yang dulu meminta untuk menjadi pendamping hidupnya. Kini di buat sesak hatinya. Setidaknya sifat kasar itu tak sampai terdengar anak-anak. Aku yang tak mengerti tentang sifatnya selalu berusaha sabar.
Istri macam apa kau tak nurut suami?!!
Begitulah kata-kata yang aku rekam dalam memori otakku.
Aku selalu disalahkan. Membenci tak akan pernah aku lakukan.
Tetapi yang aku mau takdir hidup ini sampai di sini. Aku capek ya Allah.
Aku lelah menghadapi semua ini.
Aku yang tak pernah dengar kata kasar. Kini melenting di telingaku.
Sampai kapanpun aku harus merekam kata-katanya.
Wanita yang tak berdaya ini harus tetap bertahan demi kedua buah hatinya. Putri kedua dan kesayanganku. Selalu ada di hati. Jika nanti malaikat menjemput aku serahkan semua nya kepada dirinya.
Dia yang aku rasa bisa mengurus kedua putriku. Aku aku jaga dia dari atas. Menjaga selama-lamanya. Hingga kami bertiga di pertemukan kembali. Amiin
11jan2020
Komentar
Posting Komentar